Main Article Content

Abstract

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai adanya hiperglikemia diakibatkan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dikarenakan penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya yang dapat menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. Pada pasien DM tipe 2 terjadi inaktifasi insulin hal ini menyebabkan kenaikan glukosa darah, glukosa darah yang berlebihan akan diikat oleh hemoglobin maka terbentuklah HbA1C. Tujuan Mengetahui Hubungan Kadar HbA1C dengan Kadar Kreatinin darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Laboratorium Klinik Sumber Waras Medica Blitar. Metode penelitian yang dilakukan adalah survey analitik dengan populasi sebanyak 60 orang dan sampel 30 orang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2023. Analisis data menggunakan Uji Korelasi Spearman-Rank. Hasil analisis data diperoleh  bahwa nilai korelasi antara kadar HbA1c dan kadar kreatinin sebesar 0,219 sehingga tingkat korelasinya rendah. Untuk nilai probabilitas diperoleh hasil 0,245, dimana nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0,05. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada korelasi antara kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c) dengan kadar kreatinin di dalam darah pada pasien DM tipe 2.

Article Details

How to Cite
Andayani, A., & Prodyanatasari, A. (2023). KORELASI KADAR HEMOGLOBIN TERGLIKASI (HBA1C) DAN KREATININ PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II. Judika (Jurnal Nusantara Medika), 7(2), 124 - 134. Retrieved from https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akper/article/view/21515

References

  1. Betteng, R. (2014). Analisis faktor resiko penyebab terjadinya Diabetes Melitus tipe 2 pada wanita usia produktif Dipuskesmas Wawonasa. eBiomedik, 2(2).
  2. Corwin, E.J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta
  3. Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Blitar.
  4. Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
  5. Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).
  6. Jagannathan, R., Neves, J. S., Dorcely, B., Chung, S. T., Tamura, K., Rhee, M., & Bergman, M. (2020). The oral glucose tolerance test: 100 years later. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity, 3787-3805
  7. Kurniawaty, E., & Yanita, B. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II. Jurnal Majority, 5(2), 27-31.
  8. Pangribowo, S. (2020). Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta Selatan
  9. Perkeni. (2015) Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
  10. RI, Kemenkes. (2016). Mari Kita Cegah Diabetes dengan Cerdik.
  11. Rokim, M.A. (2020). Pengaruh Kadar HbA1C Darah dengan Kadar Kreatinin Plasma pada Pasien Diabetes Melitus di Klinik Bandar Lor Kota Keddiri Effects of Blood HbA1C Level with Plasma Creatinine Levels in Patients With Diabetes Mellitus in Clinics Bandar Lor Kediri City. Jurnal Sintesis: Penelitian Sains, Terapan dan Analisisnya 1 (1). http://Jurnal.Iik.Ac.Id/Index.Ph p/Jurnalsintesis/Article/View/3
  12. Tambunan, A.Y. (2019). Profil HbA1c pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia Periode Juli 2016-Juni 2018. Universitas Kristen Indonesia.
  13. Zulfian, dkk. (2020). Korelasi antara Nilai HbA1C dengan Kadar Kreatinin pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 11(1): 278-283